Senin, 21 September 2009

Menyiasati Pasar Tumpah ( Indramayu )

Kenali Hari Pasarannya

Salah satu masalah yang ”lumayan” mengganggu dalam perjalanan melintasi pantura adalah keberadaan pasar tumpah. Agak menjengkelkan memang ketika pengendara yang sudah terbebas dari kemacetan akibat penyempitan jalan atau jalan rusak, kondisi ini hampir tiap tahun ada, malah dihadang kesibukan pedagang di pasar tumpah.
Lapak pedagang yang menjorok ke jalan, orang lalu-lalang di tengah jalan, dan sampah menggunung. Pokoknya riweuh. Pasar tumpah sudah ada sejak dahulu kala. Bahkan, kehadiran pasar tradisional itu lebih dulu muncul jauh sebelum adanya fenomena musim mudik.
Ngedumel jelas bukan solusi terbaik. Tetapi, perlu trik khusus untuk menghindarinya, yakni mengenal hari pasarannya. Pasar tumpah baru ramai di hari-hari tertentu. Hari-hari itu lah yang disebut hari pasaran.
Menurut Wariman (30), seorang pedagang di Pasar Eretan, Kandanghaur, hari pasaran pasar tersebut jatuh pada hari Jumat, mulai pagi sampai pukul 11.00. Jadi, jika tidak ingin terhalang oleh barang dagangan di Pasar Eretan, lewatlah di daerah ini selepas tengah hari. Sedangkan di Pasar Parean hari pasarannya adalah Selasa. Di pasar ini, keramaian terjadi sejak malam hingga pagi hari. Di Pasar Cileg, Karangsinom lain lagi. Hari pasarannya adalah Rabu dan Minggu. ”Kalau memang pada saat melintas di Pasar Cileg bertepatan dengan pasaran, ya .. harus sabar,” ujar Dayat (34), pedagang di pasar tersebut.
Di Kabupaten Indramayu, masih ada beberapa pasar tumpah yang mengganggu kelancaran lalu lintas di Pantura, di antaranya Pasar Sukra, Pasar Patrol, Pasar Bugel, Pasar Bangkir, dan Pasar Karangampel. Sedangkan di Kabupaten Cirebon antara lain di Pasar Tegal Gubug, Pasar Mundu, Pasar Gebang, Pasar Celancang, dan Pasar Losari.
Memasuki bulan Ramadan, Pasar tumpah juga mengalami perubahan jam operasi. Kegiatan di pasar itu baru selesai pada sore hari. Dengan mengenali hari pasaran Pasar Tumpah, Anda tak perlu lagi keki di perjalanan.

Penyempitan jalan
Boleh dikata, jalur Pantura, Jawa Barat tak pernah siap menghadapi kedatangan musim mudik Lebaran. Perbaikan jalan tak kunjung usai. Tahun ini, proyek perbaikan dan peninggian jalan mewarnai sepanjang Pantura.
Kapolwil Cirebon, Kombes Nasser Amir pernah mengatakan, dirinya meragukan perbaikan jalan itu tuntas pada H-7. Karena itu, dia meminta para pengendara untuk berhati-hati.
Pantauan Warta Kota sepekan lalu, proyek perbaikan jalan mulai terasa dari daerah Patok Beusi, Subang mulai dari penambalan lubang jalan, pelebaran jalan, peninggian jalan, sampai pembuatan drainase. Di luar itu, badan jalan masih bergelombang.
Kondisi tak nyaman itu baru berakhir begitu memasuki wilayah Cirebon, karena separuh lebar jalan ditutup. Penyempitan jalan itu yang membuat pengendara tak boleh memacu kendaraannya dalam kecepatan tinggi. Cukup 40-60 km/jam!
Hati-hati dengan penyempitan jalan yang terdapat di ruas jalan selepas Cirebon menuju Jawa Tengah. Perbaikan dan peninggian jalan masih berlanjut sepanjang lima kilometer.
Mendekati wilayah Brebes, lebar jalan ditutup separuhnya sepanjang dua kilometer. Akibatnya, satu ruas dibuat dua jalur dari arah berlawanan, sehingga pengendara harus bergantian melintas. Pemandangan sama tampak selepas Pelabuhan Tegal. ”Jalan di wilayah Tegal sudah siap dilalui para pemudik. Pelebaran jalan sepanjang 100 meter itu minggu depan sudah selesai, jadi tidak ada masalah. Kami sudah menyiapkan sarana dan prasarana untuk membuat pemudik nyaman melalui Tegal,” kata Kasat Dikyasa Polresta Tegal Iptu Aries Heriyanto. Minimnya lampu penerang jalan memaksa pengemudi ekstra hati-hati jika melintas pada malam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar